TERUNGGUL – Ahada Angkasa Pura dan Aang Maulana meraih penghargaan sebagai Karya Sains Terunggul Tingkat Nasional

Tinta emas kembali ditorehkan AL-YA’LU dalam kompetisi karya saintis cilik tingkat nasional. Adalah  Aang Maulana dan Ahada Angkasa Pura, kedua siswa Al-Ya’lu ini berhasil meraih predikat Karya Sains Terunggul dalam ajang Kalbe Junior Scientist Award (KJSA) 2017 yang dihelat di Ancol, Jakarta pada 10-14 Oktober 2017. Karya sains inovatif mereka Ki Pesat (Kipas Pemanggang Sate) berhasil menyisihkan 1.103 karya sains dari  26 provinsi di Indonesia.

BERSAMA MENKES RI – Ahada Angkasa Pura dan Aang Maulana, bersama Menkes RI Ibu Nila F. Moeloek didampingi guru pembimbing, dan manajemen Kalbe Farma

…..Dengan prestasi gemilang ini, kedua saintis cilik ini mendapatkan medali, piala dan tabungan pendidikan sebesar Rp 10 juta dari penyelenggara ditambah Rp 2,5 juta dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Aang Maulana bersama finalis KJSA saat anjangsana ke Menteri Luar Negeri RI Ibu Retno Marsudi

Selain itu ananda Aang dan Ahada juga berkesempatan berkunjung dan berdialog dengan ibu Menteri Luar Negeri Retno Marsoedi dan Ibu Menteri Kesehatan RI Nila F. Moeloek. Mereka pun diajak eduwisata ke Inovation and Development Centre Kalbe Farma dan Taman Impian Jaya Ancol.

 

Ki Pesat (Kipas Pemanggang Sate) 

….Ahada Angkasa Pura, siswa kelas IV, dan Aang Maulana, siswa kelas VI SD Al Ya’lu Malang, ini sukses menciptakan pemanggang sate yang berbeda dari biasanya. Nama alat tersebut Ki Pesat akronim dari Kipas Pemanggang Sate. Alat yang mereka temukan ini lebih efisien dan hemat energi. Seperti apa?

KiPESAT – Kipas Pemanggang Sate, buah ide karya sains terunggul tingkat nasional

…..Alat tersebut terlihat begitu kokoh denganrangka bajanya. Alat yang dinamakan Ki Pesat (Kipas Pemanggang Sate) tersebut terbuat dari mesin jahit bekas. Pedal besar yang terhubung dengan roda besar di bawah meja itu kini tak lagi tersambung dengan mesin penjahit, tapi sudah diganti menjadi kipas yang bisa berputar ketika pedal mulai diayunkan.
…..Jika dilihat lebih saksama, meja jahit tersebut telah diganti dengan kayu yang telah dilapisi pelat besi agar tidak mudah terbakar jika terkena bara api saat dipakai memanggang sate. Sedangkan di meja itu, ada sebuah tatakan (alas) pemanggang sate dan sebuah kipas yang digerakkan dengan pedal di bawah meja.
…..Ya, itulah Ki Pesat, pemanggang sate yang didesain kakak beradik yang merupakan siswa SD Al Ya’lu, Aang dan Ahada. Karena temuannya itu, mereka dianugerahi penghargaan sebagai Peneliti Cilik Terunggul Tingkat Nasional dalam ajang Kalbe Junior Scientist Award 2017 pada 14 Oktober. Mereka berhasil menyingkirkan sekitar 1.103 tim dari 26 provinsi se-Indonesia.
…..Latar belakang munculnya ide tentang pemanggang sate itu berawal ketika kedua bocah ini mendapati masalah tentang pelayanan menu sate di kantin sekolahnya. ”Di sekolah ini saya dan teman-teman kan sangat menyukai sate, tapi saat menyajikan begitu lama. Ada apa?,” ungkap Aang yang ingin tahu masalahnya.
…..Sebelumnya, sekolah mereka telah melaksanakan program full day school (FDS). Jadi untuk makan siangnya, harus di kantin sekolah. Untuk bisa makan sate yang menjadi menu favorit siswa-siswi di sekolah yang terletak di daerah Arjosari itu, mereka harus antri dulu. ”Proses memanggang sate juga lama,” ucap bocah kelahiran 16 Juni 2005 tersebut.
…..Maklum, menurut dia, pelayan kantin yang memanggang di kantin sekolah itu masih menggunakan kipas manual. Padahal, siswa-siswi dari SD tersebut berjumlah 200-an orang. Apalagi kantin juga harus melayani siswa-siswi TK dan SMP yang masih dalam satu kompleks. ”Maka kami mencari cara agar lebih cepat menyajikan satenya,” terang bocah berusia 12 tahun tersebut.
…..Tentu saja, dalam praktik membuat alat itu tidak langsung berjalan dengan mulus. ”Kami sempat dua kali mengalami kegagalan,” timpal Aang. Dia menjelaskan jika kegagalan tersebut karena pemasangan pulley (katrol) yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.
…..Selain itu, kegagalan kedua disebabkan tali yang menjadi penghubung antara roda mesin jahit dan kipas terlalu tebal. Jadi, saat diayun terasa berat. Menurut putra pertama dari tiga bersaudara itu, besar atau kecilnya tali penarik yang mengitari roda pemutar dan kipas sangat berpengaruh pada energi yang dibutuhkan untuk memutar. ”Kalau terlalu tebal, mengayunnya terasa berat,” imbuh bocah berkacamata tersebut.
…..Sementara itu, inovator cilik yang lainnya, Ahada juga berpendapat hal yang hampir serupa. Dia juga menilai jika jumlah penyajian sate tidak sebanding dengan banyaknya pemesan. ”Selain itu, asapnya juga ke mana-mana. Kalau pakai kipas angin listrik, putarannya terlalu kencang jadi satenya bisa gosong,” terang bocah kelahiran 30 Juni 2007 ini.
…..Karena itu, Aang dan Ahada mencoba memadukan ide mereka. Jadi, terciptalah ide membuat Ki Pesat atau Kipas Pemanggang Sate itu. Sebagai siswa di sekolah penyandang gelar Adiwiyata, tentu mereka juga berusaha membuat alat yang hemat energi. ”Awalnya kami melihat tante kami sedang menjahit,” terang bocah berusia 10 tahun tersebut.
…..Dia mengungkapkan jika saat itulah ide tersebut muncul. Yaitu, pedal yang diayun, tapi bisa menggerakkan mekanisme mesin jahit yang ada di atasnya. ”Sepertinya itu praktis, seperti mainan,” imbuhnya.
Sedangkan menurut guru pembina siswa SD Unggulan Al-Ya’lu , memang prosesnya tidak mudah. Hal tersebut disebabkan mereka masih terlalu kecil untuk membuat pengerjaan alatnya. Karena itu, untuk masalah teknisnya, mereka dibantu seorang guru pembina dan tukang. ”Untuk pemotongan lempengan besi yang sulit dimintakan bantuan tukang,” kata guru pembimbing ini.
…..Dia mengungkapkan jika alat temuan anak didiknya tersebut bisa mempersingkat pembuatan sate dari yang sebelumnya 4 jam untuk 200 siswa, kini hanya membutuhkan 2 jam. ”Jadi, alat ini lebih efisien. Selain itu, lebih hemat energi,” tambah guru berusia 44 tahun tersebut. Dikatakan hemat energi karena alat itu sama sekali tidak bergantung pada listrik dan hanya menggunakan energi kinetik (gerak).
…..Melihat ide yang memiliki potensi tersebut, pihak sekolah mendukung dan mengikutkan mereka di ajang kompetisi Kalbe Junior Scientist Award 2017. ”Kami persiapkan mulai Mei lalu. Lantas, Juli itu sudah harus dikirim untuk mengikuti lomba,” imbuh bapak empat anak tersebut.
…..Persiapan yang dilakukan sekolah yaitu pembuatan video dan kelengkapan dokumen. Dari seribu lebih tim yang mendaftar, akhirnya dipilih 18 finalis yang diundang Kalbe Farma ke Hotel Putri Duyung di Ancol, Jakarta, 10–15 Oktober 2017.
…..Di sana, Aang dan Ahada mempresentasikan alat mereka di hadapan lima juri yang merupakan pakar dari kalangan peneliti dan akademisi seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebanyak 2 orang, Institut Teknologi Bandung (ITB) 1 orang, Universitas Indonesia (UI) 1 orang, serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud RI).
…..Ada dua kategori yang diperebutkan, yaitu Karya Terbaik dan Karya Terunggul. Sedangkan mereka meraih juara pada kategori Karya Terunggul yang akhirnya menjadikan mereka dinobatkan sebagai Peneliti Cilik Terunggul pada 14 Oktober lalu. Berkat prestasinya tersebut, mereka memperoleh sertifikat, medali, piala  dan hadiah uang pembinaan sebesar Rp 10 juta dari panitia penyelenggara dan Rp 2,5 juta dari Kemendikbud, kunjungan ke tokoh dan eduwisata. Sedangkan guru pembimbing mendapatkan tabungan pendidikan Rp 3 juta. Selamat atas prestasi ananda, dan terus belajar dan berkarya (*)

Sumber : Jawa Pos Radar Malang, 21/10/2017

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *