CINTA SAINS: Ahada Angkasa Pura menunjukkan medali emas yang dia raih dalam International Competition and Assessment for School (ICAS) 2016.

Kecintaan Ahada Angkasa Pura, siswa kelas III SD Al-Ya’lu, Blimbing, Kota Malang, ini terhadap pelajaran sains mengantarkannya meraih banyak prestasi. Terbaru, dia memperoleh gold medal(medali emas) dalam International Competition and Assessment for School (ICAS) 2016 yang diadakan The University of New South Wales (UNSW) Australia. Bagaimana perjuangannya?

…..AHADA Angkasa Pura tiba terlihat rapi menggunakan jas sekolah dan dasi warna merah. Siswa yang baru meraih prestasi internasional gold medal di ICAS 2016 yang diadakan The University of New South Wales (UNSW) Australia itu terlihat cerdas dan tegas. Saat bertemu JawaPos Radar Malang dan sejumlah guru, dia langsung mengulurkan tangan untuk bersalaman. ”Kenapa saya diwawancarai?” celetuk siswa kelas III SD ini mengawali obrolan pagi itu.
…..Ini merupakan pertanyaan kritis yang diajukan anak-anak untuk mengetahui maksud dari wawancara tersebut.  Febi Sapta Erawati, guru yang mendampinginya, menjelaskan tujuan dari pertemuan ini. Dia menyatakan kepada Ahada jika wawancara pagi itu agar menginspirasi teman-temannya. …..”Agar teman-teman (siswa-siswi) di sekolah lain juga terinspirasi untuk belajar lebih baik lagi,” ujarnya kepada Ahada. Akhirnya, dia mengerti dan mau diwawancarai.    Dalam obrolan itu, siswa kelas tiga SD ini banyak bercerita prestasinya yang terbaru. Mulai dari proses persiapan hingga akhirnya menerima gold medal yang tidak pernah dia sangka-sangka. Ahada menyatakan, persiapan mengikuti lomba itu sangat panjang. Biasanya dia menghabiskan waktu untuk membaca buku sains saja. Namun, kali dia juga harus terus berlatih mengerjakan soal. Untuk persiapannya, dia butuh waktu sekitar satu bulan.
…..”Cukup melelahkan mengikuti latihan itu,” ujar bocah kelahiran Malang, 30 Juli 2007 tersebut.  Namun, pelatihan yang diberikan gurunya itu tidak sia-sia. Ahada mengaku dengan mudah mengerjakan 40 soal sains yang disajikan dalam ICAS tanpa ada halangan pada 17 September 2016. Untuk 40 soal itu, dia selesaikan dalam waktu kurang dari 40 menit, waktu yang dise-diakan saat kompetisi
…..Wartawan JawaPos Radar Malang penasaran, bagaimanakah soal yang Ahada kerjakan? Ternyata soalnya berupa pilihan ganda dengan analisis dan dilengkapi uraian panjang. Tentu saja, soalnya berbahasa Inggris. Sebab, ini merupakan kompetisi tingkat internasional. Soalnya ada 20 halaman.
…..”Meskipun analisis soalnya sulit dikerjakan, tapi itu mudah bagi saya,” ceteluk Ahada. Sebab, dia sudah terbiasa membaca soal seperti itu. Bahkan, Ahada tidak pernah berhenti berlang-ganan majalah sains dan mem-bacanya hingga selesai. Kalau tidak puas dengan bacaan majalah sains, dia juga membaca ensiklopedia ilmu pengetahuan alam (IPA) untuk SMP dan SMA.
…..Buku-buku itu ternyata bisa dia pelajari dengan baik. Wajar saja, jika Ahada bisa mengerjakan soal-soal tersebut dengan mudah. Sebab, dia lebih dulu mem baca soal-soal seperti itu. Tidak hanya membaca, dia juga sering bereksperimen di rumahnya. Misalnya, mengamati tumbuhan (beragam jenis daun), mencampur air dan minyak, mencampur cairan kimia yang tidak berbahaya.
…..Ahada melanjutkan ceritanya ketika menerima hadiah di Jakarta dari Senior Assessment Project Officer EAA-UNSW Australia Mr Frans Booth pada 4 Desember 2016. Diberikan di Jakarta karena perlombaan itu tidak dilaksanakan di Australia secara langsung. Namun, diadakan di berbagai negara dengan memanfaatkan jaringan dari UNSW Australia. Saat itulah, dia baru mengetahui jika ternyata dalam perlombaan tersebut, dia harus berhadapan dengan perwakilan negara dari berbagai belahan dunia. Mulai dari Singapura, Malaysia, Australia, Selandia Baru, Thailand, Malaysia, Amerika, serta beberapa negara benua Afrika.
…..Proses lombanya memang panjang. Menurut Waka Humas SD Unggulan Al-Ya’lu Febi Septa Erawati, guru yang juga mendampingi Ahada, proses lomba itu memang tidak dilaksanakan di Australia. Namun, diadakan di berbagai negara oleh The University of New South Wales (UNSW) Australia. Untuk tahun ini diikuti 20 perwakilan negara dan diberikan waktu yang sama untuk mengerjakan soal pada 17 September 2016. ”Siswa-siswi yang mengerjakan soal juga langsung dijaga tim dari Australia sehingga tidak ada kecurangan,” terang dia.
…..Setelah selesai mengerjakan soal, langsung dikirim ke Aus-tralia melalui scankhusus. Dari sana, baru diketahui hasilnya. Karena menjadi yang terbaik, Ahada diundang ke Jakarta pada 4 Desember 2016 dan langsung menerima penghargaan dari Senior Assessment Project Officer EAA-UNSW Australia Mr Frans Booth. ”Jadi, kemarin (4/12)
saya dapat tiket gratis ke Jakarta,” kata siswa yang pernah juara I Olimpiade Science se-Kota Malang, Januari 2016 tersebut.
…..Prestasi Ahada ini tidak diraih dengan mudah. Sebab, dia berkali-kali mengikuti lomba tingkat nasional pada 2015 lalu. Meskipun dia hanya menjadi finalis saja. Namun, baginya, mendapat pengalaman dan ilmu baru untuk terus bersemangat belajar.
…..Untuk prestasi lainnya, pada Juni 2015, dia pernah mengikuti Olimpiade Sains Kuark Level I tingkat nasional di Jakarta. Selain itu, pada Juli 2016, dia juga ikut Olimpiade Sains Kuark Level II di Jakarta. Namun, saat itu belum membuahkan hasil. Dia terpilih menjadi finalis yang ber ke-sempatan ikut ke Jakarta untuk mengikuti kegiatan pameran sains yang diadakan Kuark.
…..Ternyata Ahada memang benar-benar memiliki pengetahuan sains yang tidak hanya teoretis saja. Namun, dia bisa mem-praktikkannya. Itu terbukti dari produk Es Krim Pakis buatannya yang dipamerkan di Jakarta. ”Es krim Pakis buatan saya, ternyata cepethabis dan disukai banyak orang,” ujar anak kedua dari dua bersaudara tersebut.
Dia mengaku, terinspirasi mem buat Es Krim Pakis itu memang untuk mengatasi orang yang tidak suka makan sayur. Pakis memiliki vitamin dan kandungan yang baik untuk kesehatan perut. Namun jika mengemasnya tidak unik, maka orang tidak akan suka. ”Itulah alasan saya kenapa menge mas-nya dalam bentuk es krim. Sebab, hampir semua orang me-nyukainya,” tandas juara I Olim-piade Science se-Malang Raya, Mei 2016 itu.
…..Ikut lomba atau tidak, Ahada selalu tetap membaca, berlatih, dan bereksperimen di sekolah maupun di rumah. Sebab, dia ingin menjadi penemu dan ilmuwan sains. Dia menyatakan, ingin membuat pesawat terbang berukuran mini tanpa mem-butuhkan landasan. Bagaimana bisa? ”Saya akan tetap belajar dan minta bimbingan kepada para guru,” pungkasnya.  (JawaPos Radar Malang, 20161226*/c2/lid)

2 Responses to Ahada Angkasa Pura, Siswa SD Unggulan AL-YA’LU Raih Emas di Olimpiade Sains Internasional

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *