Prestasi membanggakan diukir SD Al Ya’lu, Kota Malang. Di ajang final East Java Scouts Challenge 2K15 yang berlangsung di Bumi Perkemahan Yonkav 8/Tank, Beji, Kabupaten Pasuruan, Jumat (14/8) malam, tim putra SD Al Ya’lu meraih juara pertama. Tim ini pun berhak meraih tiket belajar Pramuka di Amerika Serikat pada Oktober 2015.
”Selamat datang kakak, selamat datang kakak, selamat datang kami ucapkan. Terimalah salam dari kami yang ingin maju bersama-sama…” Lagu sambutan khas Pramuka tersebut dengan gegap gempita dinyanyikan sekitar seratus siswa-siswi SD Al Ya’lu, Arjosari. Dengan semangat, mereka menyambut Regu Putra Pramuka Gudep Unggulan Al Ya’lu yang pada Jumat (14/8) malam lalu berhasil menjadi juara pertama EJSC 2K15.
Bak pahlawan, kesepuluh siswa kelas V dan VI itu diberi kalung rangkaian bunga oleh adik-adik kelasnya. Guru-guru perempuan dan para orang tua, banyak yang meneteskan air mata bahagia. Melihat sambutan seperti itu, wajah anak-anak sontak semringah. Tampaknya rasa lelah setelah empat hari berjuang sejak Selasa (11/8) lalu di Bumi Perkemahan Yonkav 8/Tank, Beji, Kabupaten Pasuruan, terbayar lunas.
Sepuluh anak tersebut yakni Muchammad Faiq Ubaidillah sebagai pemimpin regu (pimru), Dies Hadista Putra sebagai wakil pimru, juga Sultan Aziz Misbahi, Soffwan Wiranaha, Rayhan Andrasakti, Hamas Baja Sahik Al Jama, Ahmad Muddatstsir, Dzulfiqar, Rohul Ahid Salam, dan MA Al Farrus. Mereka didampingi oleh Pembina Pramuka Choirul Huda.
Setelah acara sambutan, anak-anak dengan prestasi membanggakan tersebut diminta berbagi pengalaman pada teman-teman, adik kelas, juga orang tua siswa. Di ruang home theater, secara bergiliran mereka menceritakan keseruan bertarung melawan 113 tim putra lain perwakilan dari 38 kabupaten/kota se-Jawa Timur.
Kisah pertama dipaparkan Muchammad Faiq Ubaidillah. Siswa kelas VI ini mengaku langsung menangis haru saat tim yang dipimpinnya berhasil menjadi pemenang. ”Lombanya padat sekali. Dikemas sangat menarik hingga selama empat hari waktu tak terasa berlalu,” tutur Faiq –sapaan akrabnya.
Hari pertama hingga ketiga, lanjut dia, dilakukan berbagai fun games dan tantangan. Di tiap tantangan, terdapat medali emas yang harus diperebutkan. Lima peserta yang mendapatkan emas paling banyak lah yang berhak melaju ke babak final. ”Hingga akhir babak penyisihan, kami baru dapat lima emas. Meski saat itu ada dua tantangan yang belum diumumkan hasil emasnya, yakni filateli dan cooking,” terang dia.
Mereka sempat pesimistis saat panitia mengumumkan nama-nama gudep yang berhak bertanding di final. Sebab saat lima finalis diumumkan, capaian emasnya sudah enam buah. Begitu pun dengan regu kedua, ketiga, dan keempat. ”Pas disebut Al Ya’lu dapat tujuh emas, kami sempat tak percaya. Ternyata di filateli dan cooking, kami juga dapat emas,” terang Faiq. Saat itu, timnya memasak sup yang rasanya paling enak dibanding peserta-peserta lainnya.
Di babak final, tim mereka berhadapan dengan Gudep Yorosati Jember, Gudep Katol Timur Bangkalan, Tompokersan Lumajang, dan Kademangan 1 Blitar. Dies Hadista Putra, wakil pimru mengungkapkan ketegangan saat babak final. Di babak tersebut, peserta diberikan tiga tantangan. Yakni quiz bowl, peta buta, dan main challenge. ”Waah itu tegang banget. Namun, kami atur strategi agar menang,” terang dia.
Saat quiz bowl, para peserta diberi berbagai pertanyaan yang menguji pengetahuan kepramukaan, pengetahuan umum, hingga pelajaran sekolah. ”Tiap regu mengirimkan tiga perwakilan untuk diberi pertanyaan. Yang paling cepat menjawab poinnya 10,” terang Dies.
Sayangnya dalam babak itu mereka tertinggal oleh kelompok Lumajang yang mendapatkan 45 poin. ”Pada babak itu nilai kami terselip sepuluh poin, di layar hanya muncul 15 poin padahal harusnya 25 poin,” terang Dies. Setelah salah satu guru meminta panitia mengulang rekap nilai, terbukti mereka berhasil mendapatkan 25 poin.
Regu mereka membalik keadaan saat babak kedua. Mereka dihadapkan pada sebuah peta buta. Tugas mereka harus memasang nama-nama 58 kabupaten/kota di peta tersebut. Tiga perwakilan regu harus memasang sebanyak-banyaknya nama hanya dalam waktu dua menit. ”Strategi di babak kedua, saya bagi wilayah peta jadi tiga,” terang dia.
Sultan Aziz Misbahi di bagian perbatasan yang dekat dengan Jawa Tengah, Hamas Baja Sahik Al Jama bertanggung jawab untuk wilayah bagian utara, dan Dies sendiri di wilayah selatan plus Madura. ”Tiap nama yang benar dapat poin sepuluh juga,” tambah dia.
Di babak kedua itu mereka mendapatkan 25 poin, tertinggi dibanding lawan-lawannya. Bahkan perolehan mereka tak terkejar. Mereka pun makin percaya diri melaju ke babak ketiga.
Di babak terakhir itu mereka harus memecahkan soal Matematika untuk membuka brankas. ”Karena tegang, kami lupa membawa alat tulis,” jelas Zaman –sapaan akrab Hamas Baja Sahik Al Jama.
Akhirnya, dia terpaksa menghitung di awang-awang. Jemarinya menuliskan angka sambil berhitung di udara kosong. Setelah jawaban didapat, mereka berusaha membuka brankas. Di dalam brankas tersebut terdapat bendera dan sebuah bel. Saat memencet bel tersebut lah mereka dinyatakan sebagai pemenang. Tangis pun langsung pecah. Mereka saling berangkulan dengan air mata meleleh tanda bahagia. Apalagi mereka dipastikan mendapat hadiah belajar Pramuka-nya di Amerika Serikat pada bulan Oktober. Mereka bakal berangkat bersama dengan tim putri dari Gudep Tompokersan Lumajang yang juga juara. ”Rasanya kalau dulu ke luar negeri hanya bisa mimpi, tapi kini jadi kenyataan. Semoga menginspirasi adik-adik kelas semua,” ungkap Rayhan Andrasakti di akhir sesi bincang-bincang itu. (*/c2/abm)
Leave a Reply