Dinasihati Mantan Presiden BJ Habibie, Bertemu Menkominfo
Lima siswa SD Kota Malang mengukir prestasi di kancah nasional. Mereka mampu menyingkirkan 5 ribu SD se-Indonesia yang menjadi pesaingnya. Kelimanya menjadi yang terbaik di Olimpiade Online Nasional (OON).
MAHMUDAN. JawaPos Radar Malang
TAK ubahnya bocah lain seusianya yang gandrung bermain, lima juara OON yang sudah mengharumkan nama Kota Malang di kancah nasional itu terlihat tak serius saat berpose bersama Piala Hasri Ainun Habibi, Kamis (2/1) lalu. Ada yang menyandarkan kepalanya di atas meja, ada pula yang sengaja memelototi piala di depannya secara berlebihan, sehingga kesannya seperti matanya juling. Sesekali, gurunya menegur ulah bocah-bocah tersebut.
Pagi itu, wartawan koran ini datang secara khusus untuk bertemu dengan lima siswa yang berhasil memboyong piala OON. Mereka adalah Ainan Balad, Toriq Makkiah Abadi, Kafaby Syairozi, Soofia Lahmunia, dan Almira Nurjannah Puspakenya. Semuanya siswa kelas VI SD Al Ya’lu dan langganan juara.
Syairozi misalnya, pada 2014 lalu menyabet juara Olimpiade Sains Nasional (OSN) dan the best di sekolahnya. Toriq juara dua OSN, Ainan selalu masuk lima besar dan piawai memainkan beberapa alat musik, Soofia kerap kali menyabet juara kompetisi di kancah internasional. Sedangkan Almira, baru kali ini mengikuti kompetisi, namun di sekolahnya selalu menduduki rangking pertama sejak kelas 1-6 di SD Al Ya’lu.
Berkat kemampuan para bocah langganan juara itu, tak heran tim SD Al Ya’lu berhasil menyingkirkan 5.000 sekolah lain se-Indonesia yang menjadi pesaingnya di ajang OON, 17 Desember 2014 lalu. ”Tidak ada persiapan khusus. Ya belajar seperti biasa saja,” ujar Thoriq sambil memainkan medali emas yang digenggamnya.
Sejak babak penyisihan di Kota Malang, pertengahan November 2014 lalu, tim SD Al Ya’lu melenggang lancar. Dari ribuan SD/MI di Kota Malang, Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Malang menunjuk SD Al Ya’lu untuk mewakili Kota Malang di OON. Tentunya disdik tidak asal memilih. Ada seleksi ketat dan berdasarkan pertimbangan matang.
Saat seleksi di tingkat Jatim, tim SD Al Ya’lu juga menyabet juara pertama, lalu dinobatkan sebagai wakil Jatim untuk bersaing dengan SD lain dari provinsi lain se-Indonesia. ”Alhamdulillah, saat final kami juara,” timpal Ainan yang duduk tepat di samping Toriq.
Sebagai informasi, OON ini tidak jauh berbeda dengan OSN. Materi yang diujikan sama, yakni matematika, bahasa Indonesia, ilmu pengetahuan alam (IPA), dan ilmu pengetahuan sosial (IPS). Bedanya hanya pengerjaannya saja. Jika OSN pengerjaan soalnya secara manual, OON dilaksanakan menggunakan sistemonline. Pesertanya juga tidak perlu jauh-jauh ke Jakarta, tapi mengerjakan soal di sekolah masing-masing. Tentunya dengan pengawasan panitia OON, melalui perwakilannya di daerah.
Dengan bimbingan dari pihak sekolah, kelima siswa itu mulai giat menggenjot persiapan sejak H-7 jelang final. Meski sudah langganan juara dan optimis bakal menyabet gelar juara, tapi pesan dari gurunya agar tetap waspada, selalu diingat-ingat para bocah tersebut. Apalagi mereka punya kecenderungan menyukai pelajaran yang sama, yakni matematika. Sehingga, menyadari perlunya pengayaan untuk tiga mata pelajaran lainya yang diujikan. Yakni bahasa Indonesia, IPA, dan IPS. ”Sistem penilaiannya, jawaban benar mendapat nilai 3. Sedangkan jawaban salah minus 1,” kata Ami Maulana, guru SD Al Ya’lu yang mendampingi kelima siswa itu.
Dengan kekompakan anggota tim, akhirnya kelima bocah itu dinobatkan sebagai juara pertama. Piala diserahkan Ketua Orbit Ilham Habibie selaku penyelenggara OON. Mereka juga dipertemukan dengan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara di Museum Taman Mini Indonesia Indah (TMII) saat penyerahan piala, 17 Desember 2014 lalu.
Dalam kesempatan itu, para bocah itu juga diberi kesempatan berbicara berkomunikasi melalui video conference dengan Presiden ke-3 RI BJ Habibie. Ada pesan penting yang masih diingat kelimanya, bersama juara lainnya di OON jenjang SMP dan SMA. ”Kata Pak Habibie, kalau kita tidak suka dengan pelajaran tertentu, berarti kita tidak menghargai pelajaran tersebut,” ujar Toriq.
”Pak Habibie juga bilang tidak suka pelajaran Sejarah. Karena gak suka hafalan. Tapi bukan berarti Sejarah itu tidak penting,” timpal Ainan.
Sebenarnya, para bocah itu ingin bertanya langsung dengan BJ Habibie. Tapi karena keterbatasan waktu, akhirnya mereka hanya mendengar pesan dan motivasi dari BJ Habibie. Dari pesan itu, Toriq, Ainan, Syairozi, Soofia, dan Almira berusaha menyukai semua mata pelajaran. Mereka yakin dengan bekal cinta terhadap semua pelajaran, otomatis akan menguasai semua mata pelajaran. (*/c1/fir)
2 Responses to Singkirkan 5 Ribu SD, Lima Siswa SD Unggulan Al-Ya’lu Juarai Olimpiade Online Nasional